Hati Kudus Yesus, Devosi yang sesat?

Umat Gereja Orthodox secara terang-terangan menentang devosi terhadap Hati Kudus Yesus. Ini dapat dilihat jika anda mencari Ikon Hati Kudus dari Gereja Orthodox, anda hanya akan menemukan Ikon Pantokrator, Bridgeroom dan Ikon Peristiwa lainnya.

Alasan Gereja Orthodox adalah, Mereka memandang Penghormatan terhadap Hati Kudus adalah suatu ajaran sesat dalam pemisahan Figur Kristus yang seharusnya disembah secara utuh. Merekapun menentang pengagungan terhadap bagian tubuh Kristus seperti darah tersuci.  Kendatipun mereka mempunya Ikon tujuh dukacita Theotokos.
Gereja Orthodox menentang doa yang dipanjatkan kepada Hati Kristus.



Tapi, apa sebenarnya yang ada dibalik devosi ini?
Guna memahami kekayaan makna lambang hati, patutlah kita ingat bahwa dalam adat-istiadat Yahudi, kata 'hati' mewakili pribadi seseorang. Hati merupakan organ tubuh yang utama, di samping itu hati juga dianggap sebagai pusat dari segala kegiatan rohani. Hati adalah pusat segala emosi, terutama cinta kasih. Seperti dinyatakan dalam Mazmur, Tuhan berbicara kepada manusia melalui hatinya dan Ia memeriksa serta menguji hati. Gambaran hati menjadi jelas ketika kita membaca Kitab Ulangan 6:5-6, “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau per-hati-kan.”

Sepanjang Injil, kita melihat kasih yang melimpah dari hati-Nya, baik dalam kisah-kisah mukjizat, pengampunan orang-orang berdosa, ataupun dalam belas kasihan-Nya kepada mereka yang menderita. Bahkan dalam peristiwa salib, Kristus mencurahkan kasih-Nya sehabis-habisnya bagi kita: lambung-Nya ditikam dengan tombak dan segera mengalirlah keluar darah dan air (Yoh 19:34). St. Bonaventura mengatakan bahwa Gereja dilahirkan dari lambung Kristus yang terluka dengan darah dan air yang melambangkan Sakramen Ekaristi Kudus dan Sakramen Baptis. Paham ini diberi penekanan dalam dokumen-dokumen Konsili Vatikan II, teristimewa dalam Konstitusi Dogmatis tentang Gereja: “Permulaan dan pertumbuhan [Gereja] itulah yang ditandakan dengan darah dan air, yang mengalir dari lambung Yesus yang terluka di kayu salib (lih Yoh 19:34). Itulah pula yang diwartakan sebelumnya ketika Tuhan bersabda tentang wafat-Nya disalib: 'Dan apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang kepada-Ku.' (Yoh 12:32 yun). Setiap kali di altar dirayakan korban salib, tempat 'Anak Domba Paska kita, yakni Kristus, telah dikorbankan' (1 Kor 5:7), dilaksanakanlah karya penebusan kita” (No. 3).

Jadi dinyatakan, munculnya devosi terhadap Hati Kudus adalah untuk membalas cinta kasih yang dinyatakan Allah kepada kita melalui Yesus. Hal ini terkait erat dengan pemahaman bahwa Hati Yesus adalah lambang dan perwujudan cinta kasih Kristus yang tak terbatas. Cinta kasih itulah yang menjadi alasan utama pembaktian kepada Hati Yesus. Cinta kasih Allah itu sudah dinyatakan baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Di dalamnya, kita dapati suatu penggambaran yang hidup, yang memuncak dalam kedatangan Sabda yang menjadi manusia. Itulah awal Hati Yesus sebagai lambang cinta kasih-Nya

Hati Yesus adalah bagian badan Yesus yang paling suci, bagian yang paling luhur dari kodrat manusiawi-Nya. Di dalamnya terjadi persatuan hipostasis antara kemanusiaan dengan pribadi sabda Ilahi. Hati Yesus menampakkan dua kodrat dalam diri Yesus, yakni ilahi dan insani, dan menampakkan pribadi sang Sabda sendiri. Hati merupakan simbol seluruh misteri penebusan manusia. Maka, bila kita menyembah Hati Yesus, yang sesungguhnya kita sembah adalah cinta Kristus yang ilahi dan insani terlepas dari memisah-misahkan penyembahan yang utuh. Bila devosi ini dipraktekkan dengan jujur dan dengan pemahaman yang benar, akan membantu umat beriman untuk merasakan cinta kasih Kristus yang besar yang merupakan puncak kehidupan Kristiani.

Devosi ini terus berkembang sepanjang abad pertengahan dan pada tahun 1353 Paus Inosensius VI menetapkan suatu Perayaan Misa khusus guna menghormati misteri Hati Yesus Yang Mahakudus. Pada masa gerakan Protestan, devosi kepada Hati Yesus Yang Mahakudus gencar dilakukan dengan harapan memulihkan perdamaian dunia yang terpecah-belah akibat penganiayaan politik maupun agama.


Segera sesudahnya, devosi ini berkembang pesat sehubungan dengan adanya penampakan Kristus kepada St. Maria Margareta Alaqocue (1647-90). Sebagai contoh, pada tanggal 27 Desember 1673, Kristus mengatakan, “Hati Ilahi-Ku terbakar dahsyat oleh kasih… hingga, tak mampu lagi menahan dalam diri-Nya kobaran api kasih-Nya, Hati-Ku harus memancarkannya melalui engkau, dan menyatakan diri dalam diri manusia, agar manusia diperkaya dengan harta pusaka-Nya yang berharga yang Aku nyatakan kepadamu, dan yang di dalamnya terkandung rahmat pengudusan dan rahmat-rahmat berguna yang dibutuhkan manusia agar mereka diselamatkan dari jurang-jurang kebinasaan.”  

Devosi Hati Kudus Yesus sangat erat kaitannya dengan Ekaristi Kudus. Dari dirinya sendiri, Ekaristi adalah anugerah Hati Yesus yang terluka karena cinta kepada kita. Sebab dari lambung yang tertikam, keluar darah dan air. Darah melambangkan sakramen Ekaristi. Kepada Margaretha Maria, Yesus mengeluh karena kedinginan dan ketidakacuhan manusia akan sakramen cinta kasih, yakni Ekaristi. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa perkembangan devosi Hati Kudus Yesus selanjutnya sangat berwarna ekaristis

Dalam ensiklik Haurietis Aquas, devosi Hati Kudus akan membawa umat manusia untuk memperkembangkan penghormatan kepada Sakramen Mahakudus dan salib suci, sebab tidak ada seorangpun yang dapat mencintai Yesus yang tergantung di salib dengan tepat bila ia belum mengerti rahasia-rahasia misteri Hati Kudus Yesus. Devosi kepada Hati Yesus, bertujuan untuk mengingatkan kita bahwa karya cinta kasih Kristus yang paling utama ialah penetapan Ekaristi. Dengan sakramen Ekaristi, Kristus ingin bersama-sama dengan kita sampai akhir jaman. Ekaristi adalah anugerah Hati Yesus yang amat besar, sebab diberikan berdasarkan cinta-Nya yang amat besar pula.

 
Paus Yohanes Paulus II dalam pesannya pada peringatan Seabad Penyerahan Umat Manusia kepada Hati Yesus Yang Mahakudus menyatakan, “Saya telah seringkali mendorong umat beriman agar bertekun dalam devosi ini, yang mengandung pesan yang sungguh amat tepat dalam jaman kita ini, sebab musim semi kehidupan yang tanpa akhir, yang membangkitkan harapan bagi setiap orang, telah memancar tepat dari Hati Putra Allah yang wafat di kayu salib. Dari Hati Yesus yang tersalib lahirlah umat manusia baru yang telah ditebus dari dosa. Umat manusia tahun 2000 membutuhkan Hati Yesus untuk mengenal Tuhan dan mengenal dirinya sendiri; ia membutuhkannya untuk membangun peradaban kasih.”


 

Mengingat masa dan jaman kita sekarang ini, pencobaan-pencobaan dan dosa-dosa dunia, berkembangnya sikap apatis dan sekularime, serta skandal memalukan yang terus-menerus menghantui Gereja, kita juga sepatutnya berpaling kembali untuk mencintai devosi kepada Hati Yesus Yang Mahakudus serta mohon pada-Nya untuk melimpahkan rahmat-Nya. Kita wajib berjuang menjadikan hati kita serupa Hati-Nya, sebab Ia mengatakan, “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.” (Mat 5:8). Semoga senantiasa tertanam dalam benak kita kata-kata Prefasi Misa dalam perayaan menghormati Hati Yesus Yang Mahakudus: “Ditinggikan di atas Salib, Kristus menyerahkan nyawa-Nya bagi kita, begitu besar kasih-Nya kepada kita. Dari lambung-Nya yang terluka mengalirlah darah dan air, sumber kehidupan sakramen Gereja. Kepada hati-Nya yang terbuka, Juruselamat mengundang segenap umat manusia untuk menimba dengan sukacita dari sumber air keselamatan.” 

sumber 
sumber 

Komentar