Ikonografi sebuah Ikon –Tujuan dari Ikonografi dan kesalahan yang kemungkinan besar dibuat oleh Ikonografer.
Sejauh ini, di sepanjang sejarah dan kebudayaan,
Ikon hampir bukan sekedar karya seni melainkan sebuah penolong dalam Doa, dan
merupakan instrumen untuk penyebaran iman dan tradisi Kristen.
Analogi
peran Ikon
Dimanapun Ikon ditempatkan, (terkecuali
mungkin Museum) disitu merupakan tempat
doa karena Ikon sama sekali bukan sekadar gambar untuk dipandang tetapi
lebih seperti sebuah Pintu yang Indah. Sebagaimanapun Indah dan
luarbiasanya sebuah Pintu, siapa yang
hanya mau berdiri terus didepan Pintu untuk memandanginya? Melainkan untuk
melewati/menyeberang masuk kedalamnya. Ikon adalah Pintu Surgawi yang membuat
kita melihat dengan kasat mata Kerajaan Surgawi dan Kenyataan Rohani. Ia tidak
dimaksudkan untuk dipandang, dikagumi, tapi diselami.
Ikon,
Gambar yang melengkapi Tulisan Kitab Suci
Ikon memiliki tujuan untuk menghantar manusia
ke ranah kenyataan Rohani yang melampaui
dunia yang fana dan menunjukkan
kepada manusia kebesaran dan kesempurnaan kenyataan Illahi yang tidak
terlihat oleh manusia.
Ikon
tidak dimaksudkan untuk menyentuh perasaan ! Tidak ada
drama dalam Ikon. Tidak ada figur yang tertawa, menangis, atau kemarahan. Wajah
Kristus dan Para Kudus yang digambarkan sepanjang Ikon tidaklah pernah
mengungkapkan perasaan atau ekspresi. Mereka dalam Lukisan Suci hanya
melukiskan kebajikan dari Kemurnian, kesabaran, pengampunan, dan cinta kasih
sayang. Contohnya Ikon kesengsaraan Kristus; penyaliban, Tidak menunjukkan
penderitaan fisik yang diderita Kristus tapi menunjukkan penyebab mengapa Ia
ada disana, apa yang mengirimkan Ia ke atas Kayu Salib, tindakan sukarelaNya
menyerahkan nyawaNya bagi Umat Manusia.
Para Kudus yang tampil dalam Ikon tidak pernah
tersenyum (satu dua buah Ikon Kanon pernah menampilkan Santa Perawan tersenyum)(Sejauh
untuk menggambarkan ekspresi misalnya kesedihan dapat ditampilkan melalui
bentuk Alis, contohnya dalam Ikon Penguburan Kristus). Melainkan yang kita
dapati, hanyalah ekspresi ketegasan dan tatapan dalam dari Para Kudus. Mereka
berada dalam suatu kenyataan rohani yang berbeda dari Dunia Manusia yang Fana.
Sukacita hadir dalam diri Orang Kudus yang berdoa untuk kita, menampilkan
kebebasan sepenuhnya dan Ketegasan yang tampil dalam wajah mereka.
Ikon
Sunyi ! setelah melalui observasi sepanjang sejarah
Ikonografi, tidak ditemukan satupun mulut figur yang terbuka. Dengan cara yang
sama, tidak ada pula simbol yang menunjukan adanya suara. Ada keheningan
sempurna dalam Ikon. Kesunyian yang sama dalam atmosfer doa dan kontemplasi, di
rumah atau di gereja. Ikon adalah suara kesunyian, dari keheningan Kristus di
kayu salib, kesunyian Santa Perawan, kesunyian Transfigurasi, keheningan
kebangkitan.
Ikon
bukan tiga dimensi ! tidak ada perspektif atau sudut
pandang untuk melihat Ikon. Dalam hal ini, mengungkapkan makna mendalam dari Ikon. Ikon bukanlah representasi dunia
yang fana, tetapi Misteri Kerajaan Allah. Karena itu, semua benda alami,benda
kasat mata dari dunia ini digambarkan dengan cara yang jelas namun simbolis
bahkan terkadang abstrak. Contohnya Ikon Pembaptisan Tuhan yang melukiskan
Kristus sebagai Pemuda meskipun pada saat itu Ia sudah berumur 30 tahun.
Maksudnya, melalui pembaptisan, kita menempuh hidup yang baru. Dalam Ikon
Pembaptisan Tuhan juga terkadang tampil seorang tua yang merupakan presentasi
dari Sungai Yordan, dan Merpati yang merupakan presentasi dari Rohul Kudus.
Figur yang tampil dalam Ikonografi adalah
Figur rohani sama seperti tampilan dari Tuhan yang berubah rupa. Figur yang
telah dimuliakan.
Komentar